Kamis, 19 November 2009

Pengangkatan Sang Ratu 1 (bintang merah)

Akhirnya mereka berempat memasuki Gerbang Andrin. Ketika memasuki Feorena wajah mereka berubah heran. Suasana di dalama Feorena tidak seperti biasanya. Kota ini dipenuhi dengan nuansa warna ungu, warna berkabung di Westervalia. Setiap rumah berlantai dua menggantungkan kain-kain berwarna ungu di bawah jendela mereka. Penduduknya pun mengenakan syal ungu dilingkarkan di leher. Ada juga yang memakai jubah berkerudung berwarna ungu melintas di jalan utama. Segera berbagai tebakan-tebakan muncul di kepala mereka mengenai hal ini.

Tiba-tiba saja mereka dihentikan oleh dua orang penjaga gerbang. “maaf, hari ini selain warga Feorena tidak boleh masuk.” Ujar salah seorang penjaga itu.
“Apa yang terjadi?” Tanya Ernouin.
“Maaf, ini rahasia. Hanya warga Feorena yang diizinkan masuk” jawab penjaga itu lagi.
"Tapi kami juga warga Feorena. Kami dari Akademi kedokteran” balas Ernouin.
“Buktikan, kalau kau dari Feorena” tantang penjaga itu.
Ernouin pun menunjukkan sebuah lencana berlambang cicak di atas daun obat yang ia ambil dari saku jubahnya. Penjaga itu pun memintanya untuk diperiksa. Walau begitu tampaknya kedua penjaga itu tidak mempercayai mereka.
“Boleh kami memeriksa kalian dulu?” ujar penjaga tadi.
“Tentu. Silakan.” Jawab Ernouin.


Kedua penjaga memeriksa tas mereka masing-masing. Lalu salah satu penjaga itu terkejut melihat pedang dan sebuah belati tergantung di pinggang Ernouin. Tiba-tiba terdengar suara pukulan yang keras. Penjaga yang satu lagi terjungkal ke tanah. Mulutnya mengeluarkan darah. Ia pun pingsan. Melihat temannya dipukul hingga pingsan, penjaga yang memeriksa Ernouin pun sontak mengarahkan tombaknya ke arah rombongan itu sambil membentak “Kalian pasti penyusup!”. Penjaga itu pun bersiap menghujamkan tombaknya ke dada Ernouin. Belum sempat tombak itu menembus dada Ernouin, seorang pria menghentikan gagang tombak dengan tanganya. Penjaga itu pun terkejut, perlahan ia menoleh ke pria itu. “komandan” ujarnya.

“Ada apa ini” tanya komandan penjaga ini.
“ Mereka penyusup. Mereka mengaku dari Akademi kedokteran tapi mereka membawa belati dan pedang di pinggang mereka. Selain itu mereka memukul Domus hingga pingsan”
“Ia tidak akan ku pukul jika ia tidak meremas buah dadaku!” kata Narasya membentak.
“Pedang dan belati itu merupakan perlengakapan standar kami” Kata Alasta menimpali.
“Hei, Ravenza. Ada apa ini , kenapa Feorena jadi berwarna ungu seperti ini?” kata Ernouin kepada komandan penjaga itu sambil melambaikan tanganya.
“oh, Ernouin. Ternyata kau.” Jawab komandan penjaga itu. “maaf, atas kekacauan ini. Silakan masuk”.
“Pak, mereka ini penyusup. Kita tidak boleh membiarkan mereka masuk”. Ujar penjaga tadi.
“Sudahlah Remetz, mereka benar-benar dari Akademi kedokteran. Hanya seorang perempuan dari Akademi kedokteran yang bisa membuat Domus pingsan” Jawab Ravenza. “bawa Domus ke pos jaga, baringkan dia sampai sadar sendiri. Walau begitu kau sudah melakukan tugas mu dengan baik, lanjutkan. Dan satu hal lagi, jangan pernah meremas dada perempuan kecuali dia istrimu”.
“Ba..baik pak” jawab Remetz si penjaga .

Rombongan itu pun akhirnya bisa masuk kedalam kota. Alasta heran atas apa yang terjadi hari ini. Jika hari ini Feorena berkabung tentu ada yang meninggal, tapi siapa? Kata Alasta dalam hati. Ravenza mengajak rombongan itu ke sebuah pos lain di dalam kota. Jaraknya tidak jauh dari pos pertama. Hanya beberapa meter sebelum sampai ke pos itu, Ravenza menginstruksikan dengan jarinya ke seorang penjaga untuk membawa empat buah syal berwarna ungu. Si penjaga pun segera membawanya kepada rombongan Alasta dan membagikanya. Alasata pun segera memakai syalnya.

“Raja Gardin terbunuh dua hari yag lalu.” Tiba-tiba Ravenza berkata. Alasta dan yang lain pun terkejut mendengarnya. “jangan bercanda kau Ravenza?” balas Ernouin tak percaya. “aku tidak bercanda” jawabnya serius. “orang-orang dari Endorim pelakunya. Yang mulia di bunuh di kamar tidurnya. Pelayan menemukan beliau bersimbah darah di atas tempat tidurnya. Lehernya digorok secara keji dan hampir putus.” Terdengar suara Ravenza gemetar karena kesal. Ia pantas kesal karena Raja Gardin adalah raja yang baik dan sangat di sayangi oleh seluruh rakyat Westervalia. Kematiannya yang tragis itu pasti membuat orang–orang Westervalia, terlebih orang Feorena, kesal. “Memang bedebah. Orang-orang Endorim itu!” umpat Ravenza sambil mengepalkan tangannya.

“tapi tahu dari mana pembunuhnya adalah orang-orang dari Endorim? Bukankah pelayan menemukan raja ketika ia sudah tewas” Vesia bertanya. Ravenza menoleh ke arah Vesia. “Chov’sika, pisau Chov’sika. Pisau itu terjatuh di dekat jendela dan berlumuran darah. Pisau itu hanya dimiliki orang-orang Endorim. Mereka membunuh raja karena beliau tidak menyetujui Westervalia ,membantu Endorim dalam perang melawan kerajaan Veturia.”


“apa maksudnya?” Tanya Narasya. “seminggu yang lalu. Ada utusan dari orang Endorim datang ke Feorena. Tadinya aku tidak tahu apa maksud kedatangan mereka, tapi setelah beberapa jam berlalu Yang mulia menyampaikan pengumuman bahwa pertemuan tadi adalah pertemuan yang bertujuan untuk membentuk aliansi antara Westervalia dan Endorim dalam perang melawan kerajaan Veturia. Yang mulia menyatakan bahwa Westervalia akan tetap bersikap netral.” Ravenza pun terdiam sesaat. “mungkin karena itulah beliau di bunuh. Mungkin mereka berpikir lebih baik untuk melenyapkan Westevarlia sekalian jika tidak mau diajak aliansi.”

“Benar-benar kerajaan yang menyebalkan” ujar Narasya. “jadi apa yang akan dilakukan kerajaan kita mengenai hal ini?” lanjutnya. “Belum. Keputusannya akan ditentukan malam ini pada acara berkabung. Siapa yang akan menggantikan raja pun akan diputuskan malam ini di lapangan istana.”

“malam ini?” tanya Ernouin. “ya. Pastikan kalian hadir” balas Ravenza. “baiklah, silakan lanjutkan perjalanan kalian ke akademi. Aku akan melanjutkan tugas berjaga. Sampai jumpa nanti malam.”

Ernouin hanya mengganguk dan melambaikan tangannya ke arah Ravenza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar